Senja Muram.

Senja kini berselimutkan awan gelap.
Tak terpancar semburat oranye cantik dari dirinya.
Menanti dirimu untuk hadir di taman biasa, jam 5 sore.
Ya, aku melihatmu.
Memakai kemeja merah maroon dan terlihat tampan.

Jika saja aku mampu merengkuhmu, ingin rasanya kudekap erat ragamu, saat itu juga.
Namun kau datangi aku dengan bayangan hitam masa lalu yang pekat.
Melekat di semua tubuhmu.
Ada apa denganmu?
Untuk apa bayangan hitammu datang?

Aku benci warna gelap.
Muram dan penuh kebencian.
Tapi lihat dirimu, kau terlihat nyaman dengan bayang itu.
Ah, kau tertawa!

Tampaknya bayangmu terlihat lebih menggoda daripada semburat warnaku.
Aku tahu itu.
Dan apakah kau tahu, warnaku sekarang luntur?
Tak lagi ada semburat oranye yang romantis.
Abu-abu menguasai warnaku sekarang.
Lihat aku, buruk sekali.

Hingga awan mengeluarkan tangisnya dan membiarkan warnaku larut..
Menjadi genangan kotor yang orangpun kesal melihatnya!

Aku benci ini.
Aku benci membiarkan kau melukis senjaku.
Aku benci dirimu.
Tidak, aku hanya benci bayangmu.
Bisakah kau bawa dia pergi?
Atau aku yang akan menariknya paksa, keluar dari lingkar cinta kita.

Atau sebaliknya, aku yang terhempas keluar lingkar cinta bayangmu.
Aku mengalah.
Aku mengalah untuk mencari warna ku yang telah pudar.
Aku benci dirimu.
Tidak, aku hanya benci kenyataan ini.
Bisa kah waktu di putar kembali?
Atau aku akan membuat lingkar cinta baru.



Post by me. Edited by Hendra Wijaya.

Published with Blogger-droid v2.0.2