Bungkam.

Pagi ini tak secerah biasanya.
Merpati putih pun tak hinggap di jendelaku untuk menyampaikan surat cintamu.
Awan putih kini terlihat muram.
Apa yang terjadi?
Mengapa aku merasakan sesuatu berbau duka di pagi ini?

Aku melangkah gontai.
Hatiku sungguh tak enak.
Rerumputan di halaman seolah memanggilku untuk mengikutinya.
Udara dingin mampu menggelitik kulitku.
Aku terhempas keluar dan menemukan sebuah peti.
Peti kayu dengan alur kayu yang cantik.

Apa isinya?

Kuraba peti itu. Serpihan tanah basah masih menempel disana.
Kubersihkan dengan sangat hati-hati.
Jantungku berdebar. Tak mampu menebak isi kotak ini.

Kenangan maniskah?
Atau hanya serpihan hati yang patah?

Kau disana. Melihatku sedang berusaha menguak isi peti itu.
Kau lari menghampiriku.
Di ambilnya peti itu dengan cepat.

"Jangan di buka!" ujar dirimu.
"Kenapa? Ini punyamu?" tanyaku.
"Tidak, ini hanya sampah yang tak sepantasnya ada di pekarangan rumahmu."
"Baiklah, berikan kotak itu. Aku ingin membuangnya." pintaku.
"Tidak, biar aku saja yang membuangnya. Kau beristirahatlah."

Aku menuruti permintaanmu.
Ku langkahkan kaki ini memasuki rumah.
Ah, seperti ada yang kurang dari diriku. Sesaat kusadari bahwa kalung hatiku terjatuh.
Sepertinya di pekarangan tadi.

Ku putar langkah kakiku menuju halaman belakang.
Dan masih ada dirimu disana.
Duduk di bawah pohon rindang.
Membuka kotak yang tak kau perbolehkan aku melihatnya.
Bukankah itu sampah?
Lalu mengapa kau buka sampah itu?

Aku mendekat dan semakin jelas melihat apa yang sedang kau lakukan.
Di kotak itu.. ada sebuah hati yang patah. Bunga mawar yang telah menghitam. Dan kulihat kau menggenggam sebuah potret.

Gambar apa itu?

Oh Tuhan, aku kenal siapa lelaki yang ada di potret itu.
Lalu siapa wanita di sisinya?
Terlihat sangat mesra.

Kau memandang foto itu, sendu.
Mengapa ekspresimu sesedih ini?
Mengapa kau larang aku menyentuh kotak itu?
Mengapa kau berbohong padaku akan isi kotak itu?

Kita saling bersandar di pohon yang sama.
Kau larut akan dukamu.
Dan aku menangis tergenang melankoli.
Pagi ini memang tak secerah biasanya..

Published with Blogger-droid v2.0.2

Comments

  1. Ada kebohongan, kah?

    Gue cuma bisa curhat dari tulisan ini :p

    Dulu doi(mantan gue) pernah bohongin gue. Waktu gue di bohongin itu , perasaan gue ada yang aneh. Mungkin 60% gue tau dia sedang berbohong, 40% gue ga tau kebohongan apa yang dia perbuat ke gue.(Seperti halnya tulisan lo, lo tau sosok cowok di foto tersebut, dan gak tau siapa wanita yang di samping si cowok)
    Gue biarin aja tanpa mengubah sikap gue ke doi sehari-harinya.
    Setelah melakukan terapi sabar menyabar. Akhirnya lama kelamaan ke bohongan itu terbongkar. Gue tau, kalo dia mau ke temu mantannya.
    Setelah gue tau, hal yang pertama gue lakukan adalah meneteskan air mata(nangis) tanpa suara.
    Mungkin gue lemah dalam hal bercinta.
    Dan akhirnya doi sadar siapa gue. Hal manis dari kejadian itu.......
    Doi gak pernah bohong lagi sama gue.

    Ya itu lah gue, seorang yang lemah dalam hal bercinta, yang selalu mengandalkan hikmahnya saja :p

    Dulu gue tahu apa maksud dan tujuan doi(mantan gue :p) bohong sama gue, cuma gue pura-pura ga tahu aja, gue senang jika bisa membuat doi merasa pinter walaupun dalam hal bohong, itu namanya cinta. Cintailah apa adanya. Sebelum pacaran, Gue pilih dia dalam banyak kelebihan dan kekurangan. Dan gue harus siap menghadapinya. :)

    Kadang memaafkan seseorang yang sudah menyakiti kita itu bukan hal bodoh. :p Tetapi memberi kesempatan seseorang merasa hebat. Walau sifatnya sementara.haha

    Sekian~

    ReplyDelete
  2. Terima kasih buat tulisannya yang menginspirasi. Keep posting :p

    ReplyDelete
  3. ya, memang benar, inti dari kisah ini adalah tentang kebohongan.
    kadang kita tau dia bohong namun hati ini rasanya tak mampu untuk marah terlalu lama.
    hanya bisa menerima, ikhlas dan percaya kalau semua pasti akan indah pada saatnya. :')

    kita punya cerita yg sejenis ya ternyata.
    terima kasih telah sudi membaca cerita galauku. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts