Siapa kamu? Dan mengapa aku?

Aku. Seorang yang rapuh dengan hati penuh harap setia menunggu senja. Menanti rembulan yang tak kunjung memancarkan sinarnya. Malam ini bulan tak bersinar, Sayang. Ia sedang tertutup awan gelap yang sengaja mendekatinya, menghalangi sinarmu untuk menghangati jiwaku.
Sesekali ku biarkan awan gelap itu mendekap erat sinarmu dan tak memberikan sedikit cahayamu untukku, ku biarkan..

Aku. Masih seorang gadis yang rapuh menanti sinar rembulan di kala malam. Berharap awan gelap tak lagi mendekatmu erat, hingga aku dapat mencumbu hangatmu malam ini. Ternyata kau datang membawa luka.
Kau sapa aku dengan ciuman lembut sang awan gelap. Aku marah. Aku terluka. Kau tahu sakit ini, Sayang?
Ingin rasanya aku meniup keras si awan gelap agar tak lagi menghancurkan penantian panjangku.

Aku. Kini bukan lagi seorang gadis rapug penunggu senja, aku terlihat lebih menyedihkan. Hatiku penuh dengan kebencian, kekecewaan. Akupun sudah mulai pandai memaki dan menghakimi. Aku berkaca, oh Tuhan.. Mengapa aku sedemikian buruk? Aku bersumpah akan menampar si awan gelap. Dia telah menghancurkan angan-angan indahku. Aku bersumpah.

Kamu. Siapa sebenarnya dirimu? Mengapa aku begitu terpikat oleh pesona indahnya cahaya lembut yang kau pancarkan padaku? Kau sungguh indah. Sinarmu bagai perban untuk sayap-sayap yang patah. Mengobati, membantuku untuk melayang, terbang ke langit lepas, namun ternyata perbanmu tak cukup kuat untuk mampu menahanku di atas. Aku terhempas, jatuh jauh ke bawah. Sakit. Sakit sekali rasanya.

Kamu. Sosok yang selalu aku nantikan di setiap hembus nafas dan doa-doa panjangku. Kamu yang sekalu di kelilingi oleh awan gelap yang tak berperasaan mengoyak-oyak hatiku yang telah jadi serpihan. Dia cabik perasaanku, di hempaskan dan di injak-injak! Sungguh kejam kau, awan gelap! Aku benci dirimu.

Mengapa aku selalu saja menantimu datang menjengukku walau ku tahu kau pasti datang dengan awan gelap jelekmu itu. Mengapa aku begitu bodoh?
Ya, mencintaimu membuatku terlihat bodoh. Mungkin aku akan berhenti mencintaimu, dan menghabiskan waktu di kala senjaku dengan bermain-main dengan hujan. Akan kubiarkan hujan membasahiku dengan lembut, hingga kau cemburu melihatnya.

Selamat malam, Rembulan. Semoga kau cepat mati bersama awan gelapmu.
Tertanda, Aku Yang Tak Lagi Berhati.

Comments

Popular Posts