Surat untuk Tuhan
Dear Tuhan..
Malam ini aku sendiri di kamar gelap. Hanya ditemani oleh semburat cahaya lilin kecil yang aku letakkan di pojok kamar. Sinar sendu.
Aku ingin bercerita banyak denganMu, boleh temani aku sebentar?
Aku butuh bahuMu dan menjadikannya sandaranku.
Tuhan.. aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah aku duga.
Aku tidak pernah menduga kalau dia akan menjadi kekasihku.
Mengingatnya membuatku terjebak di hutan belantara, dan aku membiarkan diriku tersesat didalamnya.
Melihatnya membuatku terhanyut dalam dimensi waktu, dimana semua terhenti ketika matanya menatap mataku. Ah, dia tersenyum, Tuhan!
Dia teman kecilku, aku suka dengannya dulu. Dan sampai sekarang juga masih sih.
Lalu Kau pertemukan kami di usiaku yang sudah menapaki kepala dua.
Apakah ini pertanda dia lelaki terakhirku? Tak ada yang tahu.
Tuhan.. tidakkah Kau lihat diriku yang loncat-loncat kegirangan ketika dia mengirimkanku sms mesra?
Pipiku merah saat ia mencoba mencium lembut bibirku. Hatiku sesak. Bahagia.
Aku bersyukur untuk semua rasa nyaman yang Kau berikan padaku melalui dia.
Terima kasih telah memberikanku teman berkeluh kesah.
Teman yang memastikanku agar tertidur lelap dan bermimpi indah.
Teman untuk menertawakan hal konyol yang kami alami berdua.
Teman untuk berbagi hati dan cinta.
Semoga dia akan menjadi teman untuk menemani hidupku sampai akhir ku menutup mata.
Tuhan, Kau baca suratku?
Aku boleh kan berlama-lama di rangkulanMu? Disini hangat. Aku suka. Biarkan aku tertidur ya..
Malam ini aku sendiri di kamar gelap. Hanya ditemani oleh semburat cahaya lilin kecil yang aku letakkan di pojok kamar. Sinar sendu.
Aku ingin bercerita banyak denganMu, boleh temani aku sebentar?
Aku butuh bahuMu dan menjadikannya sandaranku.
Tuhan.. aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah aku duga.
Aku tidak pernah menduga kalau dia akan menjadi kekasihku.
Mengingatnya membuatku terjebak di hutan belantara, dan aku membiarkan diriku tersesat didalamnya.
Melihatnya membuatku terhanyut dalam dimensi waktu, dimana semua terhenti ketika matanya menatap mataku. Ah, dia tersenyum, Tuhan!
Dia teman kecilku, aku suka dengannya dulu. Dan sampai sekarang juga masih sih.
Lalu Kau pertemukan kami di usiaku yang sudah menapaki kepala dua.
Apakah ini pertanda dia lelaki terakhirku? Tak ada yang tahu.
Tuhan.. tidakkah Kau lihat diriku yang loncat-loncat kegirangan ketika dia mengirimkanku sms mesra?
Pipiku merah saat ia mencoba mencium lembut bibirku. Hatiku sesak. Bahagia.
Aku bersyukur untuk semua rasa nyaman yang Kau berikan padaku melalui dia.
Terima kasih telah memberikanku teman berkeluh kesah.
Teman yang memastikanku agar tertidur lelap dan bermimpi indah.
Teman untuk menertawakan hal konyol yang kami alami berdua.
Teman untuk berbagi hati dan cinta.
Semoga dia akan menjadi teman untuk menemani hidupku sampai akhir ku menutup mata.
Tuhan, Kau baca suratku?
Aku boleh kan berlama-lama di rangkulanMu? Disini hangat. Aku suka. Biarkan aku tertidur ya..
Did you write this yourself? I love it! I wish more blogs had stuff like this! :p I write letters to God too :)
ReplyDeleteI am your NEWEST FOLLOWER now! I hope you can visit my blog too and follow me back ^_^ hugs from USA!
God bless always
christine
beyoutifulhope.blogspot.com
これはかっこい手紙よ!好きだ
ReplyDeleteFhisca Sibarani....
Hello Christine, yess I write this by myself.
ReplyDeleteThanks for reading my post, I love your blog too :)
Anyway, how come you can understand what I wrote?
I'm just try to put my post on Google Translate but it's just too bad :p
Nice to know you, Christine.
Hugs and kisses from Indonesia :)
Aaaakkk, kak Fhisca!
ReplyDeleteThanks loh comment-nya, jadi semangat mau posting lagi :)